Sejak pertama kali mengajar di sekolah formal maupun informal, klasikal maupun privat, mayoritas pengalaman saya adalah mengajar orang dewasa, setidaknya usia SMA/K. Saya merasa tidak mampu mengajar anak-anak usia SD apalagi TK, mungkin karena saya berasal dari keluarga yang masa kanak-kanaknya hampir semuanya hiperaktif :D sehingga saya takut menghadapi anak-anak. Sepanjang pengalaman saya mengajar di LB-LIA Jogja dari 2002-2011, saya selalu menghindari penugasan kelas anak. Baru pada tahun 2009-2011 saya berani mengajar kelas anak, itupun anak kelas 5-6 dan karena guru spesialis anak telah penuh slotnya :D Ternyata asyik juga mengajar anak-anak, bisa jadi karena saat itu saya sudah punya seorang anak usia SD dan seorang usia TK.
Karena anak-anak memiliki energi besar yang belum terkelola baik dan rentang perhatian yang pendek maka periode belajar anak harus dibagi menjadi beberapa tahap. Selain itu, pembelajaran pada anak harus melibatkan kombinasi aktivitas diam untuk berpikir dan gerak fisik yang menyenangkan. Pengulangan (drilling) yang variatif juga sangat membantu anak menyimpan dan berlatih kosa kata baru. Jumlah siswa yang hadir di kelas mempengaruhi suasana kelas dan pada gilirannya mempengaruhi cepat lambatnya penyerapan materi. Teman dekat, lawan jenis, teknik belajar dan alat belajar turut menentukan keberhasilan belajar pada sebuah pertemuan. Kombinasi preview-review-repetition yang akan membuat anak menikmati belajar dan menerima tantangan belajar secara perlahan namun pasti.
Saya selalu menjadikan materi membaca dan menulis sebagai bagian kesimpulan dari kegiatan belajar yang biasanya saya letakkan di tengah dan akhir setiap pertemuan. Pemeriksaan ejaan dan pemahaman dengan teknik cek silang dengan teman juga membantu anak membangun kedekatan dan rasa percaya dengan teman sekelas dan mengurangi ketergantungan pada guru. Hal ini sedikit demi sedikit membangun kepercayaan diri dan kelompok dalam pemerolehan bahasa dan pada akhirnya membuat kemandirian anak dalam mengembangkan ketrampilan bahasa Inggrisnya.
Dengan pilihan teknik belajar yang memandirikan anak seperti ini saya tidak pernah khawatir anak tidak membutuhkan saya lagi sebagai pengajar. Justru anak akan membutuhkan anak pada tataran yang lebih tinggi yaitu sebagai mentor, bukan lagi sebagai tutor.
Kulon Progo 18 Oktober 2022